Budayaku, Bukan Budaya Kamu

Kebudayaan merupakan hasil kegiatan dan penciptaan bathin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat. Setiap daerah, setiap negeri bahkan setiap Negara atau bangsa mempunyai kebudayaan yang berbeda, seperti pepatah Minang, “Lain lubuak lain ikannyo”.

Itu berarti setiap daerah mempunyai kepercayaan, kesenian dan adat-istiadat masing masing yang patut mereka banggakan. Begitu juga kebudayaan Minang, banyak sekali hal yang dapat kita pelajari dari sebuah kepercayaan, kesenian dan adat istiadat Minangkabau yang juga patut kita banggakan.

Sebagai orang Minang kita wajib mengetahui apa saja yang menjadi kepercayaan, kesenian dan adat istiadat daerah kita. Ini juga perlu dilakukan untuk memperkenalkan budaya kita kepada daerah lain, bahkan bangsa asing sekalipun.

Minangkabau memang bukan daerah yang asing lagi. Begitu banyak kebudayaan daerah kita yang terkenal ke daerah lain. Sebut saja Tari Piring, Randai, Tari Lilin dan beberapa kebudayaan lainnya yang menarik minat masyarakat lain dan juga orang asing.

Seiring dengan perkembangan zaman, budaya Minang juga semakin memudar. Kesadaran berbudaya masyarakat juga semakin kurang. Mungkin jika kita tanya terhadap generasi muda atau remaja sekarang ini, tak banyak yang tahu dengan budaya Minang. Lantas, siapakah yang dipermasalahkan atas semua ini? Apakah kita sebagai generasi muda yang tak lagi menghargai hasil ciptaan dan pikiran nenek moyang kita?

Pernah suatu ketika dalam suatu acara yang mengangkat tema tentang pewarisan nilai-nilai budaya Minang kepada generasi muda. Dalam acara yang berbentuk diskusi tersebut dibahas tentang budaya Minang yang semakin memudar. Suatu hal yang saya tangkap pada diskusi tersebut adalah terjadinya tuding-tudingan diantara generasi muda dan para orang tua tentang pewarisan nilai-nilai kebudayaan tersebut.

Di suatu sisi para orang tua meminta generasi muda untuk menerima warisan dari mereka. Tapi, di sisi lain generasi muda juga menuntut orang tua yang kurang mewarisi apa yang seharusnya mereka terima. Akhirnya diskusi yang seharusnya menyelesaikan sebuah masalah tersebut malah menjadi ajang tuding-tudingan. Begitukah seharusnya yang kita lakukan?

Dari permasalahan-permasalahan tersebut berarti ada suatu hal yang patut kita pertanyakan tentang pewarisan budaya Minang kepada generasi muda. Apakah pewarisan budaya yang dikehendaki oleh orang-orang sebelumnya telah tercapai atau belum ataukah memang pewarisan tersebut yang tidak ada. Apakah sebetulnya yang salah. Ini patut kita renungankan bersama-sama.

Belum lagi problema yang terjadi belakangan ini. Adanya kabar tentang hasil kebudayaan Minang yang dirampas oleh Negara lain. Bahkan yang lebih para lagi Negara tersebut sudah mempatenkan budaya kita tersebut menjadi budaya mereka. Tidak hanya satu, tapi beberapa budaya kita yang dicaploknya.

Suatu hal yang menyedihkan memang. Orang Minang yang terdahulu sudah begitu susah payah untuk menghasilkan sebuah karya cipta. Malahan orang asing dengan begitu mudah mengakuinya sebagai budaya mereka. Apakah budaya yang kita ciptakan hanya untuk orang asing. Apakah sebetulnya memang kita yang memiliki, atau….?

Jika kita mengangap bahwa kebudayaan daerah kita sebagai suatu hal yang kuno atau ketinggalan zaman. Namun kenapa bangsa asing masih tertarik untuk mengembangkan kebudayaan kita, bahkan mempatenkan budaya kita. Perkembangan zaman dijadikan alasan untuk tidak melestarikan budaya kita.

Mungkin satu alasan lagi kenapa budaya kita sampai mampir ke negeri tetangga adalah persamaan rumpun kita dengan orang-orang di negeri tetangga. Ada pendapat yang mengatakan bahwa terdapat kesamaan antara orang Minang dan orang di Negara tetangga. Apakah pendapat tersebut memang benar adanya atau hanya semata sebuah alasan.

Ada juga cara lain kenapa kebudayaan kita juga sampai terkenal di negeri tetangga dan dicintai oleh orang asing. Orang Minang dikenal dengan orang yang gemar merantau. Dalam perantauan tersebut, mereka juga masih tetap cinta dengan kebudayaan daerah sendiri, sehingga mereka masih mengembangkan kebuadayaan Minang itu di tempat perantauan tersebut. Alhasil, terkenalah kebudayan kita ke berbagai pelosok daerah, termasuk Negara tetangga tentunya. Bahkan, kebudayaan kita tersebut dikembangan oleh mereka sampai kepada cucu-cucu mereka.

Kesalahan yang kita lakukan adalah tidak mencintai kita dengan sesungguhnya. Kenapa kita sampai kecolongan dengan kasus tersebut. Jika memang kita mencintai kebudayaan kita harusnya dari dulu kita sudah melakukan berbagai upaya untuk melindungi kebudayaan kita. Budaya kita sudah diambil oleh orang asing, baru kita angkat bicara tentang peramapasan yang terjadi.

Kita juga tidak bisa menyalahkan bangsa asing tentang kasus perampasan kebudayaan ini. Bagi mereka kebudayaan merupakan suatu hal yang penting sehingga mereka begitu melestarikan sebuah kebudayaan. Sehingga tak heran juga kalau mereka mempatenkan kebuadayaan yang belum terpatenkan sebelumya sebagai kebudayaan mereka. Satu lagi yang jadi pertanyaan kita adalah jika orang asing saja bisa mempatenkan budaya kita, kenapa kita tidak?

Tentang frestialdi

TercipTa dengan nama Fresti Aldi. Bukan nama minuman. Hanya saja mempunyai sedikit kemiripin. Entah siapa yang awalnya yang miliki nama tersebut. Yang jelas sampai sekarang enjoy aja dengan nama tersebut. Bahkan, nama tersebut juga memudahkan orang-orang untuk ingat dengan seorang Fresti Aldi. Selalu ingin menjadi yang terbaik buat orang lain. Selalu berpenempilan ceria walaupun dalam diri ada suatu masalah. Masalah itu akan akan besar kalau kita membesarkan masalah tersebut. Jangan pernah berharap sesuatu terjadi kalau kita tidak melakukan sesuatu, itulah prinsip hidup. Selalu tersenyum. Smile for All. With smile we can to be a good people. Don't worry. I can give my smile for you, for you and for you. Terakhir, selalu menggangap orang lain sama dengan kita. Jangan merasa hebat, tapi jangan juga merasa bodoh. Hargailah sebuah kelemahan. bye..
Pos ini dipublikasikan di Catatan. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar