REUNI KATA

Selamat datang!

Baiklah. Ini adalah tulisan pertama setelah sekian lama tidak menulis. Entah setan apa yang kembali merasuki sehingga hari ini saya kembali mencoba bermain dengan keyboard, tapi dengan tujuan yang berbeda.

Tulisan pertama ini adalah “Reuni Kata”. Dulu saya memang sangat mencintai kata. Mereka tidak hanya sahabat yang bisa diajak curhat, mewakili perasaan. Namun, kata-kata juga sangat berjasa membuat saya bisa menjadi seorang sarjana.

Reuni kata dimulai saat Sekolah Dasar dulu. Majalah Bobo adalah cinta pertama. Tidak ada yang lebih deg-degan dibanding menunggu dia datang di toko buku dengan tampilan baru. Tapi, ada banyak rintangan dengan cinta pertama ini. Membacanya setelah datang di toko buku bukanlah perkara yang mudah, saya harus menunggu giliran terlebih dahulu. Ya, maklum lah, namanya juga anak SD, majalah Bobo bukanlah sesuatu yang murah. Kita harus mengumpulkan teman-teman terlebih dahulu. Bahasa sederhananya adalah patungan. Jadwal membaca digiliran setiap waktu.

Beranjak beberapa tahun kemudian, saat mengenal puisi pada pelajaran Bahasa Indonesia, saya paham kalau kata-kata bisa diajak berteman. Saya menyukai kala puisi adalah bagian dari ekpresi jiwa. Sejak saat itu, saya diam-diam bermain dengan puisi di balik halaman belakang buku catatan, menulis apa saja yang dilihat, dirasakan, atau yang ingin disampaikan.

Kebiasaan ini berlanjut sampai SMP hingga SMA. Bahkan, saya pernah “dibayar” oleh kakak kelas membuatkannya puisi kepada pujaan hati yang sedang dikaguminya. Ya, saya tentu bersedia dengan bayaran ditraktir makan siang.

Tidak hanya menyukai puisi, pelan-pelan saya diam-diam belajar membaca puisi. Tidak ada yang lebih bahagia dibanding membaca puisi sendiri. (Kita mungkin membahas bagian ini kalau sempat menulis pada tulisan selanjutnya).

Sampai dengan kelas 2 SMA, ketika Padang Book Fair, saya mampir di salah satu stand yang namanya P’mails. Saya menemukan rumah disitu rasanya, ketika mencoba membolak-balik halaman demi halaman tabloid pelajar itu. Saya memberanikan diri melamar menjadi reporter sekolah disitu dengan mencoba mengirim contoh tulisan. Dan kemudian saya dipanggil untuk bisa “bekerja” menjadi reporter sekolah.

Di P’mails pula saya berkenalan dengan penuils muda yang sangat berbakat, menjadi guru untuk setiap tulisan yang saya tulis. Berbagi pengalaman tentang menulis. Tentu sangat bahagia rasanya menunggu hari Minggu datang, membaca tulisan yang telah terbit, mencoba membandingkan dengan tulisan asli yang sebelumnya ditulis. Begitu pelajaran sederhananya, lihat hasil terbitan, begitu cara mulai belajar meningkatkan kemampuan menulis, EYD dan lain sebagainya.

Selain melihat tulisan terbit, hal yang lebih membahagiakan lainnya adalah setelah awal bulan. Kita bisa mendapatkan honor dari tulisan menulis pada bulan sebelumnya. Sekretaris redaksi akan menghitung dan mengkalkulasikannya, kemudian menyerahkan beberapa pecahan uang kertas yang pada saat itu bisa digunakan membeli buku. Ya, sejak saat itu saya suka menghabiskan pulang sekolah ke Gramedia untuk memilih buku yang sesuai dengan selera. Jika sebelumnya, hanya bisa membaca buku di perpustakaan daerah dan meminjamnya beberapa hari untuk dibawa pulang.

Karena menyukai kata-kata, saya mendapat informasi beasiswa ketika masuk kuliah. Ya, saya memastikan diri menjadi mahasiswa dengan jurusan Jurnalistik. Kemudian tahun kedua, juga ditawari menjadi reporter di sebuah koran lokal, dengan bayaran lumayan untuk menambah uang kuliahh. Singkat cerita, saya kuliah sambil kerja dengan menjadi pewarta.

Pekerjaan menulis kata tetap berjalan, selain dibayar rutin dengan tugas bulanan, saya juga menyempatkan diri menulis puisi, cerpen, artikel dan beberapa tulisan lainnya dengan imbalan yang lumayan untuk menambah uang beasiswa. Hingga lulus kuliah pun, karena kata-kata pula lah, saya dapat menyelesaikan skripsi dengan waktu yang singkat.

Lantas, alasan apa yang membuat saya melupakan kata-kata bertahun lamanya. Bukankah kata-kata adalah bagian dari saya? Ya, mudah-mudahan sejak saat ini, saya kembali mencintai kata-kata. Meskipun agak sulit memulai bermain kata, kesulitan untuk menulis dengan baik, tapi bisa jadi reuni kata ini jadi pembuka menjadi sahabat kata. Semoga saja.

 

Kemayoran, 18 April 2020

Tentang frestialdi

TercipTa dengan nama Fresti Aldi. Bukan nama minuman. Hanya saja mempunyai sedikit kemiripin. Entah siapa yang awalnya yang miliki nama tersebut. Yang jelas sampai sekarang enjoy aja dengan nama tersebut. Bahkan, nama tersebut juga memudahkan orang-orang untuk ingat dengan seorang Fresti Aldi. Selalu ingin menjadi yang terbaik buat orang lain. Selalu berpenempilan ceria walaupun dalam diri ada suatu masalah. Masalah itu akan akan besar kalau kita membesarkan masalah tersebut. Jangan pernah berharap sesuatu terjadi kalau kita tidak melakukan sesuatu, itulah prinsip hidup. Selalu tersenyum. Smile for All. With smile we can to be a good people. Don't worry. I can give my smile for you, for you and for you. Terakhir, selalu menggangap orang lain sama dengan kita. Jangan merasa hebat, tapi jangan juga merasa bodoh. Hargailah sebuah kelemahan. bye..
Pos ini dipublikasikan di Tidak Dikategorikan. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar